Minggu, 14 Februari 2010

KONSEP DALAM PENYULIT KALA I DAN KALA II

Mekanisme Persalinan

Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :

q Kala I : waktu pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm

q Kala II : kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan His ditambah kekuatan mengejan mendorong janin keluar hingga lahir.

q Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri

q Kala IV : mulai dari lahirnya uri sampai 1-2 jam

Kala I (Pembukaan)

Inpartu mulai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu :

1. Fase laten dimana pembukaan serviks berlangsung lambat ; sampai pembukaan 3 cm Berlangsung dalam 7-8 jam.

2. Fase aktif di bagi 3 fase yaitu :

q Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm

q Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

q Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Kala II (Pengeluaran Janin)

Pada kala II His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk ke ruang panggul. Maka His dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara rektroktoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rectum dan hendak buang air besar, perenium menonjol dan jadi lebar, anus membuka bila dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luar His, dengan His dan kekuatan mengedan max kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati perenium. Setelah istirahat ® badan dan anggota bayi.

Pada primigravida kala II : 1,5 jam Pada multipara : 05 jam

Kala III (Pengeluaran Uri)

Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Ada kontraksi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 25 menit setelah bayi lahir.

Kala IV (Observasi)

Perlu pengawasan apakah adanya perdarahan post partum

Majunya kepala Kepala fleksi Putaran paksi dalam

ekspulsi. putaran paksi luar ekstensi

Penyulit Kala I

q Persalinan lama

Masalah :

ü Fase laten lebih dari 8 jam

ü Persalinan telah berlangsung selama 12 jam/lebih tanpa kelahiran bayi

ü Dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf.

Penanganan Umum

q Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda vital

dan tingkat hidrasinya).

q Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan

ü Nilai frekuensi dan lamanya His

q Perbaiki keadaan umum dengan :

ü Dukungan, perubahan posisi, (sesuai dengan penanganan persalinan normal)

ü Periksa kefon dalam urine dan berikan cairan, baik oral maupun parenteral

dan upayakan buang air kecil (kateter bila perlu).

q Berikan analgesic ® tramadol atau petidin 25 mg IM (maximum 1 mg/kg BB atau morfin 10 mg IM, jika pasien merasakan nyeri.

Penanganan Khusus

q Persalinan palsu/belum in partu (False Labor)

Periksa apakah ada ISK atau ketuban pecah, jika didapatkan adanya infeksi, obati secara adekuat, jika tidak ada pasien boleh rawat jalan.

q Fase laten memanjang (Prolonged Latent Phase)

Diagnosa fase laten memanjang dibuat secara retrospektif, jika his berhenti. Pasien disebut belum inpartu/persalinan palsu. Jika his makin teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm, pasien masuk dalam fase laten

q Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan lekukan penilaian ulang terhadap serviks

q Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu.

q Jika ada kemajuan dalam pendataran atau pembukaan serviks lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.

ü Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam

ü Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan SC

q Jika didapatkan tanda-tanda infeki (demam, cairan, berbau):

ü Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin

ü Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan:

§ Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam

§ Ditambah Gentaisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam

§ Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca persalinan

q Jika dilakukan SC, lanjutkan pemberian antibiotika ditambah Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam

Fase Aktif Memanjang

q Jika tidak ada tanda-tanda CPD atau obstruksi, dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban

q Nilai His

ü Jika his tidak adekuat (<3>

ü Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya > 40 detik) pertimbangkan disproporsi, obstruksi, malposisi/mal presentasi

q Lakukan penanganan umum untuk memperbaiki his dan mempercepat kemajuan persalinan

Faktor-faktor Penyebab Persalinan Lama:

q His Tidak Efisien

q Faktor Janin

q Faktor Jalan Lahir

KONSEP DASAR DISTOSIA

Distosia Kelainan Tenaga/His

Adalah His yang tidak normal dalam kekuatan/sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir, tidak dapat diatasi, sehingga menyebabkan persalinan macet.

Jenis-jenis Kelainan His

1. His Hipotonic

His hipotonic disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal. Fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian lain. Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang selama ketuban masih utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu maupun bagi janin.

Inersia uteri di bagi menjadi 2, yaitu :

a. Inersia uteri Primer

Jika persalinan berlangsung lama, terjadi pada kalla I fase laten

b. Inersia uteri sekunder

Timbul setelah Berlangsungnya His kuat untuk waktu yang lama,

terjadi pada kalla I fase aktif

Penanganan

  1. Periksa keadaan servik, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah janin dan keadaan panggul.

b. Bila kepala sudah masuk PAP anjurkan pasien untuk berjalan-jalan

c. Buat rencana tindakan yang akan dilakukan

q Berikan oxitosin drip 5-10 dalam 500 cc dextrose 5 % dimulai 12 tetes/menit, naikkan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit

q Pemebrian oxitosin jangan berlarut-larut beri kesempatan ibu untuk istirahat.

q Bila inersia disertai CPD tindakan sebaiknya lakukan SC

q Bila tadinya His kuat lalu terjadi inersia uteri sekunder ibu lemah danpartus > 24 jam pad primi dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya memberikan oxitosin drip. Segera selesaikan partus dengan vacuum/Forseps/SC.

2. His Hipertonic

Adalah His yang terlalu kuat. Sifat Hisnya normal, tonus otot diluar His yang biasa, kelainana terletak pada kekuatan His. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<>

Bahayanya bagi ibu adalah terjadinya perlukaan yang luas pada jalan lahir, khususnya servik uteri, vagina dan perenium bahaya bagi bayi adalah dapat terjadi pendarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat.

Penanganan

Saat persalinan kedua diawasi dengan cermat dan episiotomi dilakukan pada waktu yang tepat untuk menghindari ruptur perenium tingkat III.

3. His yang tidak terkordinasi

Adalah His yang sifatnya berubah-ubah. Tonus otot uterus meningkat juga di luar His dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan His tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.

Tonus otot yang meningkat menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His sejenis ini disebut juga Ancoordinat Hipertonic Uterine Contraction.

Kadang-kadang terjadi persalinan tak maju karena kelainan pada servik yang disebut distosia servikalis.

Distosia servikalis ada 2 macam :

q Distosia servikalis primer, jika servik tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi

q Distosia servikalis sekunder, disebabkan oleh kelainan organik pada servik

Penanganan :

q Obati secara simptomatis

q Untuk mengurangi tonus otot dan ketakutan penderita berikan analgetik seperti morphin, petidin dan lain-lain

q Bila persalinan berlangsung lama dan ketuban sudah pecah dan pembukaan belum lengkap pertimbangkan untuk vacum, forsep/SC.

Etiologi Distosia Kelainan Tenaga

  1. Kelainan His sering dijumpai pada primigravida tua Sedangkan inersia uteri sering dijumpai pad multigravida dan grandemulti.
  1. Faktor herediter
  2. Faktor emosi dan ketakutan
  3. Salah pimpinan persalinan
  4. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan SBR. Dijumpai padA kesalahan letak janin dan CPD.

7. Kelainan uterus Ex : uterus Bikornis unikolis

8. Salah pemberian obat-obatan, oxitosin dan obat penenang

9. Kehamilan postmatur.

Konsep Dasar Kelainan Presentasi dan Posisi

Malposisi merupakan posisi abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu.

Malpresentasi adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi vertex

Janin dalam keadaan malpresentasi dan malposisi sering menyebabkan partus lama/partus macet.

1. Presentasi Puncak kepala

Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan flexi dalam keadaan tertentu flexi tidak terjadi, sehingga kepala deflexi. Presentasi puncak kepala disebut juga preesentasi sinput terjadi bila derajat deflexinya ringan, sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah. Pada presentasi puncak kepala lingkar kepala yang melalui jalan lahir adalah sikumfrensia fronto oxipito dengan titik perputaran yang berada di bawah simfisis adalah glabella.

Etiologi :

1. Kelainan panggul

2. Kepala berbentuk bulat

3. Anak kecil/mati

4. Kerusakan dasar panggul

Penanganan

q Usahakan lahir pervaginam karena kira-kira 75 % bisa lahir spontan

q Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang lahir di dapati caput daerah VVB

Komplikasi

Ibu

q Robekan jalan lahir yang lebih luas

q Partus lama

Anak

q Karena partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak tinggi

2. Presentasi Dahi

Presentasi dahi adalah posisi kepala antara flexi dan deflexi, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak muka/letak belakang kepala.

Kepala memasuki panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu putar paksi dalam, dahi memutar ke depan depan dan berada di bawah alkus pubis, kemudian terjadi flexi sehingga belakang kepala terlahir melewati perinerum lalu terjadi deflexi sehingga lahirlah dagu.

Etiologi :

1. Panggul sempit

2. Janin besar

3. Multiparitas

4. Kelainan janin

Ex : anansefalus

5. Kematian janin intra uterin

Penanganan

Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak dapat lahir spontan pervaginam, jadi lakukan SC (janin hidup). Janin mati pembukaan belum lengkap ® SC, pembukaan lengkap Kraniotomi.

Komplikasi

Ibu

q Partus lama dan lebih sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur uteri

Anak

q Mortalitas janin tinggi

3. Presentasi Occipito Posterior

Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui PAP dengan sutura sagitalis melintang/miring, sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang/kanan belakang.

Dalam keadaan flexi bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul adalah Occiput. Occiput akan memutar kedepan karena dasar panggul dan muculus levator aninya mementuk ruangan yang lebih sesuai dengan occiput. Keadaan VVK dibelakang dianggap <>

Etiologi :

q Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter transversa

Ex : panggul antiopoid

q Segmen depan Menyempit Ex : panggul android

q Otot-otot dasar panggul yang lembek pada multi para

q Kepala janin yang kecil dan bulat

Penanganan

q Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir sontan pervaginam

q Tindakan baru dilakukan jika kalla II terlalu lama/ada tanda-tanda bahaya terhadap janin

Pada persalinan dapat terjadi robekan perenium yang teratur atau extensi dari episiotomi

q Periksa ketuban. Bila intake, pecahkan ketuban

q Bila penurunan kepala > 3/5 diatas PAP atau diatas 2 ® SC

q Bila pembukaan serviks belum lengkap dan ¹ ada tanda obstruksi, beri oksitosin drip

q Bila pembukaan lengkap dan ¹ ada kemajuan pada fase pengeluaran, ulangi apakah ada obstruksi. Bila ¹ ada tanda obstruksi ® oksitosin drip

q Bila pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai tidak kurang 1/5 atau (0) ® E.V atau forseps

q Bila ada tanda obstruksi/gawat janin ® SC

4. Presentasi Muka

Disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala janin. Yang teraba muka bayi = mulut, hidung, dan pipi

Etiologi :

q Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter transversa

Ex : panggul antiopoid

q Segmen depan Menyempit Ex : panggul android

q Otot-otot dasar panggul yang lembek pada multi para

q Kepala janin yang kecil dan bulat

Dagu merupakan titik acuan dari posisi kepala, sehingga ada presentasi muka dagu anterior dan postorior.

q Presentasi muka dagu anterior posisi muka fleksi

q Presentasi muka dagu posterior posisi muka defleksi max

Penanganan

Dagu anterior

Bila pembukaan lengkap

q Lahirkan dengan persalinan spontan pervaginam

q Bila kemajuan persalinan lambat lakukan disitoksin drip

q Bila Penurunan kurang lancar, lakukan forseps

Bila pembukaan belum lengkap

q Tidak didapatkan tanda obtuksi, lakukan oksitosin drip. Lakukan evaluasi persalinan sama dengan persalinan verteks

Dagu anterior

q Bila pembukaan lengkap ® SC

q Bila pembukaan ¹ lengkap, lakukan penilaian penurunan rotasi, dan kemajuan persalinan, jika macet ® SC

q Jika janin mati ® Kraniotomi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar